True Story Seorang Pramugari Maskapai China AirLines | Inspiration Story Inspiration Story: True Story Seorang Pramugari Maskapai China AirLines

True Story Seorang Pramugari Maskapai China AirLines

Mas Annd - AndrieDiary

Sunday, May 6, 2012

Pin It
Inspirasi - Sebuah Kisah Nyata Dari Seorang Pramugari Maskapai China Air Lines.

Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi renungan & motivasi bagi kita semua untuk selalu melakukan hal-hal baik didalam kehidupan kita seperti pramugari ini. semoga bermanfaat...


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh hari ini. diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang, kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke-20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat dduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga di tolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk tenang, mejelang pembagian makanan kami masih melihat dia duduk dengan tegang di tempat duduknya, kami menawarkan makanan kembali ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergeka sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja tempat duduknnya. tapi ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat itu dengan spontan ia keluarkan segenggam uang dari sakunya dan disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya bahwa minuman ini gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan dia tidak diladeni malah di usir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang di bawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan di pinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.



Setelah kami membujuk dia terkahir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi di tolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah di tinggak tiga di Peking. Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak bisa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi di tolak olehnya karena di anggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya terpaksa di setujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan di bandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika di taruh di tempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terimakasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantong kecil? dan meminta saya meletakkan makanannya yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa di mata seorang desa mejadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut untuk anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam sebuah kantong dan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, dia berlutut dan menyemabh kami, mengucapkan terimakasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang pernah dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik. Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataanya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang berkerja di lapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut menyembah kami mengucapkan terimakasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makannanya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya di masa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetap harus tetap menghargai setiap orang dan mesyukuri apa yang kita dapat.
(And)
Penulis : Annd | Teks Editor : Annd | Foto : Photobucket | Akses AndrieDiary di: www.kompasiana.com/AndrieDiary
Pin It

AndrieDiary menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. AndrieDiary berhak untuk menghapus dan tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA

0 comments :

Post a Comment

 
AndrieDiary | Home | About | Contact Us | Advertise
Copyright © 2011. Inspiration Story - All Rights Reserved