Dua
puluh tahun yang lalu seorang ibu bernama Erin melahirkan seorang anak
laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam,
suaminya, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa
anak ini memang agak terbelakang. Ibu tersebut berniat memberikannya
kepada orang lain saja. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya
terpaksa Erin membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric
dilahirkan ibu itu pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang
cantik mungil. dan ibunya menamainya Angelica. Ibu itu sangat menyayangi
Angelica, demikian juga Sam. Seringkali mereka mengajaknya pergi ke
taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun istrinya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan istrinya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk.
Akhirnya ibu tersebut mengambil tindakan yang akan membuat Ia menyesal seumur hidup. Erin pergi meninggalkan kampung kelahirannya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap Ia tinggalkan begitu saja. Kemudian Ia tinggal di sebuah gubuk setelah rumahnya laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Erin telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan mereka telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk erin yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan mereka menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala Erin. Baru sekarang Ia menyadari betapa jahatnya perbuatannya dulu. tiba-tiba bayangan Erica melintas kembali di pikirannya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore itu Ia memarkir mobil birunya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap Erin dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” Ia menceritakannya juga dengan terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada Erin. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisnya reda, Ia keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Matanya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapannya. Ia mulai teringat betapa gubuk itu pernah mereka tinggali beberapa bulan lamanya, dan ia memanggil "Eric.. Eric…" Namun Ia tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Ia mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, Ia mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Erin sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.
Kemudian terlihatlah wajah orang yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali Ia tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegurnya dengan suaranya yang parau. “Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!” Dengan memberanikan diri, Erin pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?” Nenek itu menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Erin pun membaca tulisan di kertas itu… “Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Kemudian erin menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!” Brad memeluk tubuh Erin yang bergetar keras.
Nenek itupun berkata “Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erica telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”
Erin tersentak kaget dan tanpa terasa air matanya menitik di pipinya tanpa bisa berkata apa2, dengan penuh penyesalan ia mememeluk Brad dan anak satu2nya angelica, dalam hati ia berjanji tak kan pernah lagi menyia2kan apa yang telah tuhan berikan kepadanya..kemudian mereka pulang dengan di selimuti rasa yang haru,
#Ternyata tuhan selalu memberi kesempatan agar kita melakukan yang terbaik untuk orang yang kita sayangi, tapi kadang kita seringkali mengabaikan dan cenderung menyia-nyiakannya, dan ketika kita tersadar.. kita telah terlambat. (And)




0 comments :
Post a Comment