Kadang
kita sering menganggap diri kita bodoh karena kita selalu tersandung
dengan masalah yang sama dengan seringnya kita melakukan kesalahan yang
sama pula, tapi ini bukan sebuah kebodohan, tapi hanya sebuah
keteledoran dan kelalaian yang selalu ada dalam diri kita.
Ada
ungkapan bahwa keledai-pun tidak pernah tersandung dengan batu yang
sama, lalu apakah kita lebih bodoh dari seekor keledai bila kita sering
melakukan kesalahan yang sama?
Lalu upaya apa agar kita tidak selalu melakukan kesalahan yang sama? Kadang
dalam setiap masalah yang kita hadapi akibat kesalahan yang kita
lakukan, sering kali kita dihinggapi rasa penyesalan yang sangat dalam.
Tapi
sering kali juga penyesalan itu tidak diikuti upaya untuk merubahnya
dan memperbaiki diri agar tidak melakukan kesalahan yang serupa.
“Tahukah anda bahwa penyesalan tanpa upaya memperbaiki diri hanyalah awal bagi penyesalan berikutnya”.
Namun
seringkali kita temui orang-orang yang justru jatuh dalam kesalahan
yang sama berkali-kali. Pada mulanya perbuatan tersebut membuatnya
menyesal dan meminta maaf kepada orang lain yang dirugikannya, tindakan
ini kerap kali mengundang simpati orang lain, hanya saja ketika kita
terus menerus mengulangi kesalahan yang sama, simpati tersebut akan
berubah menjadi sebuah kejengkelan.
Mengapa
seseorang bisa melakukan kesalahan sampai dua kali? Bila dirunut dari
perbuatannya, sering kali kesalahan tersebut merupakan perbuatan yang
memang bersifat adiktif alias nagih karena menimbulkan kesenangan dan
kenikmatan. Tak jarang pula dari hasil perbuatan pertama dia mendapat
reward dari lingkungan yang mendorongnya untuk mengulanginya lagi.
Dengan demikian memang ada kecenderungan siklus ini bakal berulang.
Penyebab
yang bisa memicu seseorang melakukan kesalahan sangat beragam, salah
satunya adalah perselingkuhan. Tak heran kalau perselingkuhan juga
diibaratkan sebagai ketergantungan. Bukankah selingkuh menimbulkan
kesenangan bagi si pelaku dan rasa senang ini umumnya akan terus
dipelihara dengan cara melakukannya berulang-ulang. Kesalahan yang
diulang dan diulang lagi, sering juga berkaitan dengan uang, seperti
penipuan, terlibat utang-piutang, bahkan korupsi. Tentang hal ini bisa
dimaklumi karena uang memang menimbulkan kesenangan sekaligus mengubah
status sosial seseorang. Nah, bila lantaran perubahan ini ia mendapat
penghargaan dari lingkungannya (tanpa melihat dari mana uang itu
berasal) biasanya akan membuat si pelaku terus melakukannya yang
akhirnya menimbulkan "kebiasaan" atau ketergantungan.
Kita semua bukanlah manusia yang sempurna, tapi teruslah berusaha menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Kesalahan
adalah guru yang sangat baik bahkan jauh lebih baik dibandingkan dengan
prestasi-prestasi yang pernah kita raih dimasa lampau.
Jadi
agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama atau setidaknya
mengurangi untuk melakukan kesalahan yang sama, janganlah kita hanya
menyesal saja dengan kesalahan dan akibat dari perbuatan kita itu, tapi
harus ikuti dengan upaya-upaya perbaikan atas sikap dan perilaku kita
agar tidak selalu teledor dan lalai sehingga kita bisa menghindari diri
dari kesalahan yang sama. (And)
0 comments :
Post a Comment