Foto/Ilustrasi |
Nyepi
berasal dari akar kata sepi yang artinya hening. Dalam menyambut Tahun
Baru Saka, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan catur berata penyepian.
Catur artinya empat dan berata artinya pengekangan diri. Jadi catur
berata penyepian berarti empat pengekangan diri untuk mengusahakan
keadaan hening.
Keempat pengekangan diri tersebut adalah amati karya (berhenti melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti bekerja ke kantor, bertani, berjualan, dan sebagainya); amati geni (menghentikan kegiatan yang berkaitan dengan api, seperti memasak, merokok, menyalakan lampu, dan sebagainya); amati lelungan (tidak bepergian ke luar rumah); dan amati lelangon (menghentikan kegiatan untuk kesenangan duniawi, seperti bersenang-senang, berpesta pora, dan sebagainya).
Agar tercipta suasana sunyi hening, kegiatan yang umum dilakukan umat Hindu pada hari raya Nyepi adalah melakukan meditasi; upawasa (berpuasa); membaca kitab suci Veda; berdiskusi tentang ajaran moral dan keagamaan; dan melakukan perenungan untuk evaluasi diri.
Apa tujuannya? Tujuan utama catur berata penyepian adalah melakukan evaluasi diri atas semua kegiatan yang telah dilakukan selama setahun. Proses evaluasi diri diperlukan agar kita mengetahui kekurangan kita dan apa yang perlu diperbaiki pada tahun mendatang. Seperti halnya bersekolah, setiap tahun adik-adik dievaluasi untuk mengetahui apakah adik-adik sudah pantas naik kelas dan menemukan hal-hal yang harus diperbaiki agar tujuan bersekolah dapat dicapai dengan baik.
Keempat pengekangan diri tersebut adalah amati karya (berhenti melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti bekerja ke kantor, bertani, berjualan, dan sebagainya); amati geni (menghentikan kegiatan yang berkaitan dengan api, seperti memasak, merokok, menyalakan lampu, dan sebagainya); amati lelungan (tidak bepergian ke luar rumah); dan amati lelangon (menghentikan kegiatan untuk kesenangan duniawi, seperti bersenang-senang, berpesta pora, dan sebagainya).
Agar tercipta suasana sunyi hening, kegiatan yang umum dilakukan umat Hindu pada hari raya Nyepi adalah melakukan meditasi; upawasa (berpuasa); membaca kitab suci Veda; berdiskusi tentang ajaran moral dan keagamaan; dan melakukan perenungan untuk evaluasi diri.
Apa tujuannya? Tujuan utama catur berata penyepian adalah melakukan evaluasi diri atas semua kegiatan yang telah dilakukan selama setahun. Proses evaluasi diri diperlukan agar kita mengetahui kekurangan kita dan apa yang perlu diperbaiki pada tahun mendatang. Seperti halnya bersekolah, setiap tahun adik-adik dievaluasi untuk mengetahui apakah adik-adik sudah pantas naik kelas dan menemukan hal-hal yang harus diperbaiki agar tujuan bersekolah dapat dicapai dengan baik.
Tujuan
utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta). Menjalani hidup di dunia ini dapat
diumpamakan seperti bersekolah. Agar bisa terus naik kelas, kita harus
terus belajar, agar tujuan hidup yang sebenarnya dapat dicapai dengan
sempurna.
Tujuan hidup manusia menurut ajaran Hindu disebut Mokhsartham Jagadhita (kesejahteraan dan kedamaian lahir-bathin). Mokhsa berarti bersatunya atman atau roh dengan Paramatman atau Tuhan YME, sedangkan artha berarti tujuan, dan Jagadhita artinya kesejahteraan/kedamaian lahir/dunia.
Tujuan hidup manusia menurut ajaran Hindu disebut Mokhsartham Jagadhita (kesejahteraan dan kedamaian lahir-bathin). Mokhsa berarti bersatunya atman atau roh dengan Paramatman atau Tuhan YME, sedangkan artha berarti tujuan, dan Jagadhita artinya kesejahteraan/kedamaian lahir/dunia.
Sebelum
Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan
umat Hindu, khususnya di daerah Bali, umat Hindu biasanya akan menggelar
ritual pawai ogoh-ogoh yang di arak mengelilingi desa. Pawai yang
dilaksanakan setahun sekali, tepatnya sehari menjelang perayaan Nyepi,
bermakna untuk mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu kehidupan
umat Hindu.
Ogoh-ogoh
adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan
kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala
merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak
terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
Demikianlah
untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang
putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini
dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak
ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana)
melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa
dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan
samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian
lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru. (And)
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru. (And)
0 comments :
Post a Comment