"Who Moved My Cheese?" Bagaimana Kita Harus Menyikapi Perubahan | Inspiration Story Inspiration Story: "Who Moved My Cheese?" Bagaimana Kita Harus Menyikapi Perubahan

"Who Moved My Cheese?" Bagaimana Kita Harus Menyikapi Perubahan

Mas Annd - AndrieDiary

Thursday, October 30, 2014

Pin It
Who Moved My Cheese?

Mungkin kalian yang suka membaca atau suka mengunjungi toko buku pasti pernah membaca buku karangan Spencer Johnson yang sangat populer itu. Salah satu buku terlaris di dunia dan juga banyak digunakan berbagai kalangan termasuk perusahaan raksasa untuk memotivasi karyawannya. Who moved my cheese? Atau dalam bahasa Indonesianya, siapa yang telah  memindahkan keju Saya? Adalah satu dari sekian buku terbaik yang pernah saya baca.

Buku ini, secara tidak langsung telah mengubah pandangan hidup saya, dari pesimis menjadi optimis dari stagnan berubah haluan menjadi aktif serta inisiatif. Sebenarnya ini adalah pengalaman lama saya di pertengahan dekade 2010 lalu, ketika saya baru saja bergabung dengan sebuah perusahaan di bawah bendera Jepang, dua bulan pertama saya mempelajari banyak hal tentang product yang kami maintain, dari yang product lama hingga product terbaru kami.

Satu tahun berlalu saya dianggap mampu mengeksekusi unit instalasi dengan type terbaru yang mulai keluarkan oleh Marketing karena pasarnya jauh lebih luas dan menguntungkan, perusahaan mempercayakan kepada saya untuk mengeksekusi instalasi product terbaru kami hingga mencakup area luar kota sekalipun, karena saya dianggap cepat belajar, dan hanya saya yang bisa, padahal secara pribadi saya sendiri tidak 100% yakin dengan kemampuan saya. Saya sempat bertanya, kenapa? Kenapa harus saya yang baru anak bawang yang melakukan? Dan, kenapa juga wajib saya, bukan orang lain yang lebih senior dan berpengalaman?

Saya yang sebelumnya sangat nyaman memegang wilayah Jakarta dan sekitarnya dan banyak teman lain yang siap mem-backup jika saya mengalami masalah di lapangan, oleh perusahaan tempat bekerja tiba-tiba memberi tugas yang saya sendiri belum percaya saya mampu melakukan(meskipun pada akhirnya hingga saat ini saya masih berdiri di perusahaan ini dengan senyum yang lebar :) ), apalagi waktu itu belum terlintas untuk melakukan tugas area wilayah luar kota, meskipun di perusahaan sebelumnya saya seringkali melakukannya, namun ada hal yang jadi pemikiran sendiri kenapa saya (sebenarnya) enggan menerima tugas itu. Dalam hati kecil sempat terlintas perasaan bahwa ini adalah rencana dari perusahaan untuk "menggeser" saya akibat banyak yang iri dengan keberhasilan selama ini.

Sampai akhirnya, seorang ibu HRD di kantor yang telah malang melintang di perusahaan memberikan sebuah buku yang saya anggap saat itu adalah sebuah lelucon.

"Maaf ibu, saya itu butuh solusi. Bukannya sebuah buku yang sama sekali tidak lucu untuk dibaca di pesawat?" ucap saya saat itu. Namun ibu itu hanya tersenyum, sembari berkata singkat:

"Bacalah"

"Apa yang harus dibaca dari buku ini? Sampulnya sama sekali tidak menarik, mending kalau buku Prisoners of Our Thought atau How to Have a Beatiful Mind yang terang banyak memberikan motivasi. Nah ini buku 'cuma' kisah dua ekor tikus sama kurcaci, memang saya mau mendongeng di pedalaman sana?" balas saya, ketika membolak-balik isi buku dengan cepat tanpa membacanya terlebih dahulu.

Namun, lagi-lagi jawabannya hanya singkat.

"Bacalah. Bacalah apa yang ada dalam buku itu. Enam bulan kemudian setelah kamu melakukan tugas baru mu, ceritakan kepada Saya apa yang Kamu alami setelahnya," ucap ibu yang merupakan salah satu pimpinan di bagian HRD di perusahaanku yang berhati lembut namun keras dalam bekerja.

Ternyata betul, sejak membaca buku karangan dari Spencer Johnson, membuat saya termenung lama hingga merenungi makna yang terkandung di dalamnya. Buku "Who Moved My Cheese?" bukan hanya buku biasa, meski memakai ilustrasi tikus dan kurcaci sebagai tokoh. Namun intisari yang terdapat di dalam buku setebal 105 halaman itu, memuat banyak perumpamaan hidup manusia agar bisa bangkit dari keterpurukan dan menerima kenyataan yang terjadi seraya menjalaninya dengan sungguh-sungguh.

Dan, setelah enam bulan kemudian, sang Ibu tersebut langsung tersenyum penuh arti ketika saya menemuinya untuk presentasi tugas kantor yang berjalan dengan baik.

Dalam "Who Moved My Cheese" yang bercerita tentang dua ekor tikus dan dua kurcaci, untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka demi mencari makanan, makanan dan makanan. Dua ekor tikus yang bernama Sniff (endus) dan Scurry (lacak) mengajarkan tentang bagaimana pola pemikiran seekor binatang pengerat yang hanya berpikir untuk sederhana.

Berbeda dengan kedua kurcaci, Hem (kaku) dan Haw (Aman) yang mempunyai kemiripan dengan manusia. Mereka berdua diberikan kelebihan daripada tikus, yaitu akal pikiran yang cerdas serta emosi yang kompleks sebagaimana seorang manusia.

Namun dalam kenyataannya, Sniff dan Scurry lebih unggul dari Hem dan Haw ketika mereka terjebak dalam situasi sangat sulit dalam labirin yang sama. Yaitu saat persediaan cheese (makanan) habis...

Di sinilah kepingan puzzle kehidupan mulai terbuka lebar, ketika tikus-tikus, Sniff dan Sucrry menggunakan metode tiral and error dalam mencari cheese. Mereka berdua berlari dari satu lorong ke lorong lainnya untuk menemukan cheese. Jika lorong itu kosong, maka mereka akan berbalik arah dan mulai mencari lorong lainnya lagi dengan mengingat lorong mana saja yang tidak menyimpan cheese.

Sniff bertugas sebagai pelacak dengan mengendus-endus melalui indera penciumannya yang tajam, sementara Scurry akan berlari secepatnya. Mudah ditebak, mereka sering kali gagal dan mungkin lebih banyak gagalnya dibandingkan keberhasilan dalam mencari cheese. Namun meski kerap menabrak tembok yang buntu, mereka terus berusaha, berusaha dan berusaha semaksimal mungkin. Selayaknya usaha mereka sebagai tikus, binatang pengerat.

Begitu juga dengan kedua kurcaci, Hem dan Haw. Mereka berdua juga menggunakan kemampuan berpikir dan belajar dari pengalaman mereka yang mirip manusia. Namun justru kelebihan mereka yang mempunyai akal dan pikiran serta emosional menjadikan mereka menjadi tidak percaya diri dan bersikap apatis. Kegagalan demi kegagalan dalam mendapatkan cheese bukannya disikapi dengan baik dan terus berusaha seperti kedua tikus. Hem dan Haw malah saling menyalahkan satu sama lain, dengan dalih: "kenapa kamu terlalu banyak memakan cheese hingga sekarang ini habis!"

Di akhir cerita, dapat diketahui bahwa sebuah pemikiran sederhana dengan disertai kerja keras dapat mengalahkan sifat cerdas namun tidak melakukan tindakan apapun. Sniff dan Scurry unggul dari Hem dan Haw bukan karena kepintaran mereka, namun disebabkan mereka mau menerima keadaan yang sulit dengan terus menjalaninya hingga berhasil.

Sniff dan Scurry mau berubah menyesuaikan diri dengan perubahan sekitar, sementara Him dan Hew tetap terpaku pada kesuksesan masa lalu mereka tanpa menyadari bahwa itu semua telah berubah. Seperti ucapan Thomas Alfa Edison, bahwa Jenius itu 99% kerja keras dan hanya 1% bakat. Dengan kerja keraslah maka seseorang akan berhasil, meski dilahirkan sebagai orang bodoh sekalipun

Who moved my cheese? Dalam buku ini mengajarkan kepada kita agar menyikapi sebuah perubahan dengan menjalaninya terlebih dahulu. Intinya adalah proses, berhasil atau tidak itu urusan belakangan. Yang terpenting adalah berusaha terlebih dahulu, toh semua masalah akan ada jalan keluarnya.
(And)
Penulis : Annd | Teks Editor : Annd | Foto : Photobucket | Akses AndrieDiary di: www.kompasiana.com/AndrieDiary
Pin It

AndrieDiary menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. AndrieDiary berhak untuk menghapus dan tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA

0 comments :

Post a Comment

 
AndrieDiary | Home | About | Contact Us | Advertise
Copyright © 2011. Inspiration Story - All Rights Reserved